Informasi lengkap Kota Banjarnegara

Banjarnegara merupakan salah satu Kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu Kota dari kabupaten ini juga bernama Banjarnegara.

Kabupaten Banjarnegara lekat di telinga masyarakat dengan sebutan kota Dawet Ayu. Hal ini dikarenakan Banjarnegara memiliki minuman khas bernama Dawet Ayu, yang wajib dijajal saat menjejakkan kaki di kota yang terletak pada jalur tengah Pulau Jawa ini. Banjarnegara telah terkenal dalam menyuguhkan orisinalitas Dawet Ayu bagi para penikmatnya.

Geografi

Kabupaten Banjarnegara berada pada Provinsi Jawa Tengah bagian barat dengan total luas wilayah sebesar 106.971,01 ha atau sekitar 3,29% dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,25 juta ha). Secara administratif Kabupaten Banjarnegara terdiri dari 20 kecamatan, 266 desa, dan 12 kelurahan.

Kecamatan terluas di Kabupaten Banjarnegara adalah Kecamatan Punggelan dengan luas sebesar 10.284,01 ha atau 9,61% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan Purwareja Klampok dengan luas sebesar 2.186,67 ha atau 2,04% dari total luas wilayah Kabupaten Banjarnegara.

Wilayah Kabupaten Banjarnegara berbatasan secara langsung dengan beberapa kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang dapat dirinci sebagai berikut:

  1. Sebelah Utara: Pekalongan dan Kabupaten Batang
  2. Sebelah Timur: Wonosobo
  3. Sebelah Selatan: Kebumen
  4. Sebelah Barat: Purbalingga dan Kabupaten Banyumas

Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7°12’–7°31′ Lintang Selatan dan 109°20’10–109°45'50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur, dengan sebagian besar wilayah Kabupaten Banjarnegara (37,04%) berada pada ketinggian antara 100-500 Meter di atas permukaan laut.

Berdasarkan pembagian zona fisiografi, Kabupaten Banjarnegara masuk dalam 3 (tiga) zona yang berbeda yaitu Zona Pegunungan Serayu Utara dengan morfologi berupa rangkaian pegunungan dengan lereng dan lembah yang curam, Zona Depresi Sentral yang merupakan dataran dengan lembah Sungai Serayu yang subur, dan Zona Pegunungan Serayu Selatan yang berupa lereng yang terjal dan curam, umumnya tidak subur dan sering kekurangan air.

Sejarah

Menggali soal sejarah, akan membawa kita pada perjalanan masa lampau yang telah berlalu. Sejarah juga akan membawa kita pada sudut pandang baru, bagaimana peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di dalamnya mampu menjadi bagian dari kisah-kisah yang diceritakan hari ini. Di bawah ini merupakan sejarah bagaimana asal muasal kabupaten Banjarnegara.

Terbentuknya kabupaten Banjarnegara bermula dari salah satu rumah tokoh masyarakat yang bernama Kyai Maliu. Rumah tersebut dibangun di daerah sawah yang bentuknya berbanjar di dekat sungai Merawu. Kyai Maliu memilih daerah tersebut karena diidentifikasi merupakan tempat yang indah dengan tanahnya yang berundak dan berbanjar sepanjang sungai, sehingga menarik perhatian banyak orang.

Seiring berjalannya waktu, pendatang di daerah tersebut mulai ramai yang kemudian ikut mendirikan rumah di sekitar tempat tersebut hingga membentuk sebuah desa yang dinamai “banjar”, sesuai dengan daerahnya yang berupa sawah berpetak-petak. Desa tersebut dikepalai oleh Kyai Maliu sendiri atas keputusan dari musyawarah penduduk, yang kemudian dikenal dengan nama “Kyai Ageng Maliu Pertinggi Banjar”.

Dalam waktu singkat, desa Banjar berkembang semakin ramai dan maju, terlebih dengan kedatangan Kanjeng Pangeran Giri Wasiat, Panembahan Giri Pit, dan Nyai sekati yang sedang mengembara dalam rangka menyebarkan agama Islam. Sehingga, desa ini menjadi cikal bakal terbentuknya kabupaten Banjarnegara.

Kabupaten Banjar Petambakan

Desa Banjar termasuk di dalam sebuah kabupaten baru yang merupakan pecahan, dan kabupaten itu bernama Banjar Petambakan yang dipimpin oleh bupati pertama Kyai Kyai Ngabehi Wiroyudo pada tahun 1582.

Pada masa itu kabupaten ini disinyalir tidak berkembang, karena setelah wafatnya Kyai Ngabehi Wiroyudo sudah tidak ada lagi yang memerintah.setelah cukup lama tidak ada yang memerintah, R. Banyakwide yang saat itu menjabat sebagai Kliwon Banyumas bermukin di kabupaten Banjar Patembakan dan disebut sebagai bupati yang menggantikan pemerintahan Kyai Ngabehi Wiroyudo.

Sepeninggal R. Banyakwide, kabupaten Banjar Petambakan diperintah oleh salah satu anaknya yang bernama R. Ngabehi Mangunyudo I dengan julukan Hadipati Mangunyudo Sedo Loji (Banteng) karena gugur di Loji VOC dalam peperangan melawan Belanda di Kartosuro. Ia gugur di tangan Pakubuwono II yang sedang menyamar sebagai orang Belanda bersama permaisurusinya.

Kebencian terhadap orang Belanda mencuak dalam diri R. Ngabehi Mangunyudo, sehingga ia berusaha membubuh seluruh orang Belanda yang ia temui di Loji VOC. Karena hal itu, Pakubuwono II merasa dirinya terancam dan terpaksa membunuhnya.

Kabupaten Banjar Watulembu

Berdasarkan buku “Inti Silsilah dan Sejarah Banyumas”, R. Ngabehi Mangunyudo II yang merupakan putra dari R. Ngabehi Mangunyudo II menggantikan posisi ayahnya sebagai bupati kabupaten Banjar Penambakan. Pada era kepemimpinannya, kabupaten dipindahkan ke sebelah barat Sungai Merawu dengan nama kabupaten Banjar Watu Lembu.

Setelah R. Ngabehi Mangunyudo II, pemerintahan kabupaten Banjar Watu Lembu berpindah tangan kepada anaknya yang bernama R. Ngabehi Mangunyudo yang kemudian berganti nama menjadi Kyai R. Ngabehi Mangunbroto dan wafat akibat bunuh diri.

Setelah itu, pemerintahan diganti oleh R.T. Mangunsubroto hingga tahun 1831. Akibat kekalahannya dalam melawan Belanda pada perang Diponegoro, kabuaten Banhar Watu Lembu diturunkan menjadi distrik dengan dua penguasa yaitu R. Ngabehi Mangunsubroto dan R. Ng. Ranudirejo.

Kabupaten Banjarnegara

Pasukan dari kabupaten Banjar Watulembu turut serta dalam membantu perang Diponegoro dan telah berjasa kepada kerajaan Mataram. Sehingga, R. Tumenggung Dipoyudo IV diusulkan oleh Sri Susuhan Pakubuwono VII untuk ditetapkan sebagai bupati Banjar.

Setelah mendapat izin, berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, maka R. Tumenggung Dipoyudo IV resmi menjabat sebagai bupati Banjar Watulembu setelah dihapusnya status bupati pada Kabupaten tersebut.

Dalam perjalanan waktu, R. Tumenggung Dipoyudo IV memindahkan kota kabupaten ke sebelah selatan Sungai Serayu (desa Banjar) dengan izin Paku Buwana VII. Hal ini dikarenakan oleh kendala meluapnya Sungai Serayu yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta.

Setelah insiden pemindahan tersebut, dimulailah pembangunan kota kabupaten yang semula berupa daerah persawahan. Kabupaten baru tersebut diberi nama “Banjarnegara”, yang diambil dari dua kata “Banjar” berarti sawah dan “Negara” berarti Kota. Sehingga, maksud dari nama tersebut adalah daerah persawahan yang menjadi ibu kota kabupaten.

R. Tumenggung Dipoyudo IV menjadi bupati pertama kabupaten Banjarnegara dan diangkat pada tanggal 22 Agustus 1831 yang kemudian ditetapkan menjadi hari jadi kabupaten Banjarnegara.

Pemerintahan

Daftar Bupati kabupaten Banjarnegara dari masa ke masa

Nama BupatiPeriode
Raden Tumenggung Dipoyudo22 Agustus 1831-1846
Raden Adipati Dipodiningrat1846-1878
Mas Ngabehi Atmodipuro1878-1896
Raden Mas Jayamisena1896-1927
Raden Adipati Arya Poerbonegoro Soemitro Kolopaking1927-1949
Raden Sumarto1949-1959
Raden Mas Soedjirno1960-1967
Raden Soedibjo1967-1973
Drs. Soewadji1973-1980
Drs. H. Winarno Surya Adisubrata1980-1986
H. Endro Soewarjo1986-1991
Drs.H. Nurachmad1991-2001
Drs.Ir. Djasri, MM, MT2001-2011
Sutedjo Slamet Utomo2011-2016
Budhi Sarwono2016-

Tempat Wisata

Objek wisata yang ada di Kabupaten Banjarnegara antara lain:

Objek wisata yang ada di Kabupaten Banjarnegara antara lain:

Dataran Dieng

Dataran Tinggi Dieng

Dieng Kulon masuk ke dalam wilayah kecamatan Batur yang berjarak 55 km dari kota Banjarnegara. Beberapa tempat wisata Dieng yang masuk dalam kabupaten Banjarnegara adalah kawasan Candi Arjuna, Telaga Balekambang, Lembah Semurup, Kawah Sikidang, Gasiran Aswatama, Telaga Merdada, dan Sendang Sedayu.

Arung Jeram Serayu

Arung Jeram Serayu

Lokasi Arung Jeram Serayu di Kabupaten Banjarnegara terletak di kawasan Desa Kutayasa, Madukara. Wisata ini sangat menarik bagi para pecinta olahraga ekstrem arung jeram.

Selain mengacu adrenalin, aktivitas arung jeram di sungai Serayu dapat dinikmati bersama dengan suasana alam yang apik karena sembari mendayung kita akan disuguhkan pada banyaknya varieti flora dan fauna sepanjang rute perjalanan menyusuri sungai.

Surya Yudha Park

Surya Yudha Park merupakan wisata buatan yang cocok untuk mengisi liburan keluarga. Lokasi wisata ini cukup dekat dengan pusat kota Banjarnegara, sehingga bisa dengan mudak diakses.

Beberapa wisata menarik yang bisa dinikmati adalah waterpark, cinema, rumah bernyayi keluarga, rafting, outbound, photo 3D trick art, lovelocks park (wahana gembok cinta) dan Wisata Manasik. Selain itu, Surya Yudha Park juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas seperti hotel berbintang 3, MICE, restaurant dan cafe.

Serulingmas

Taman rekreasi Margasatwa Serulingmas hanya berjarak kisaran 1 km dari pusat kota Banjarnegara. Objek wisata ini menggabungkan konsep kebun binatang, waterboom, area outbond anak, omah truwelu, dan area panahan.

Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas cocok sebagai tujuan wisata akhir pekan atau liburan sekolah. Selain menyuguhkan wisata, tempat ini dapat dijadikan alternatif media belajar anak yang menyenangkan.

Curug Pitu

Curug Pitu berada di Desa Kemiri, Sigaluh, kabupaten Banjarnegara. Wisata ini cocok dikunjungi oleh para penikmat alam. Sesuai dengan namanya, curug ini mempunyai 7 tingkatan air terjuan dari atas ke bawah.

Pada bagian paling bawah curug, terdapat kolam besar yang biasanya digunakan untuk berenang atau sekedar bermain air. Dicurug ini airnya masih sangat jernih dan segar, sehingga mampu menyajikan eksotisme pemandangan alam yang menawan.

Waduk Mrica

Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman atau biasa dikenal dengan waduk mrica adalah salah satu objek wisata di Kabupaten Banjarnegara, tepatnya berada di Kecamatan Bawang.

Selain berperan sebagai alat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), waduk ini juga menyuguhkan rekreasi alam yang menarik untuk dijadikan tempat berfoto. Maka waduk ini juga dikembangkan sebagai destinasi tempat wisata di Kabupaten Banjarnegara.

Serayu Park

Serayu Park berada di desa Seruling Mas, kabupaten Banjarnegara. Dengan mengangkat konsep wisata air, wisata buatan ini menarik untuk dikunjungi. Selain menyuguhkan pesona alam yang indah, Serayu Park juga memberikan sensasi kebahagiaan.

Gunung Lanang

Lokasi Gunung Lanang berada di desa Wiradana, kecamatan Bawang, kabupaten Banjarnegara. Gunung ini hanya memiliki tinggi sekitar 600 meter di atas permukaan laut.

Wisata Gunung Lanang sangat cocok bagi para pecinta alam, karena gunung tersebut memiliki pesona keindahan alam yang sayang untuk dilewatkan.

Kuliner Khas

Daftar kuliner khas yang ada di Banjarnegara

Dawet Ayu

Dawet ayu merupakan salah satu minuman khas yang menjaadi iconic dari kabupaten Banjarnegara. Minuman ini dapat ditemukan dengan mudah di pasar tradisional. Dawet Ayu khas Banjarnegara memiliki rasa manis dan segar yang cocok untuk dinimkati dalam keadaan dingin maupun hangat.

Tempe Mendhoan

Tempe mendhoan merupakan makanan khas Banyumasan sejenis gorengan. Makanan ini terbuat dari bahan pokok tempe dengan dibalut tepung yang digoreng dalam keadaan lembek. Gorengan tempe mendhoan sangat cocok dinikmati dalam keadaan hangat.

Tahu Masak Mandiraja

Tahu Masak Mandiraja merupakan kudapan sejenis kupat tahu. Makanan ini utamanya terdiri dari tahu putih yang dipotong-potong, lontong yang juga dipotong-potong, tauge, irisan kubis, kerupuk, dan taburan bawang goreng yang kemudian disiram dengan bumbu kacang dan kecap manis dalam satu piring penyajian.

Bahasa

Mayoritas masyarakat Banjarnegara menggunakan bahasa Jawa ngapak khas Banyumasan.

Seni dan Budaya

Kabupaten Banjarnegara memiliki beberapa kesenian dan budaya yang hingga saat ini masih bisa dijumpai, diantaranya :

Brenong Kepang

Brenong Kepang merupakan tari yang harus dilakukan oleh calon pengantin laki-laki pada zaman dahulu. Tari ini diiringi dengan gendhing Banyumasan dengan membawa peralatan dapur (brenong kepang) bersama satu orang lain yang mewakili calon pengantin wanita dengan membawa ruyung dari pohon Jambe (wlira). Dalam tari Benong Kepang mengandung petuah untuk kedua pengantin dalam berumah tangga.

Rampak Yakso

Kesenian tari Rampak Yakso merupakan kesenian yang berasal dari Dieng Kulon. Tarian ini menggambarkan peperangan antara Raden Gatot Kaca yang didampingi oleh Palwagaseta (Kera Putih) melawan musuh dari Kerajaan Giling Wesi yang dipimpin oleh Prabu Kolo Pracono dengan Patih Skepu.

Adapun penyebab dari peperangan ini yaitu dikarenakan Prabu Kolo Pracono membuat keonaran di Kahyangan Njuggring Seloko. Peperangan ini dimenangkan oleh Raden Gatot Kaca.

Rodad

Rodad merupakan tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat khususnya di Desa Pasegeran, kecamatan Pandanarum, kabupaten Banjarnegara. Kesenian ini memadukan konsep bela diri yang diirngi dengan sholawat.

Instrumen yang biasanya digunakan antara lain terbangan, jedor, dan rebana. Umumnya diselenggaraan pada saat acara di hari-hari besar Islam.

Ujungan

Ujungan merupakan tari ritual meminta hujan. Biasanya dilakukan oleh 2 pemeran lelaki yang membawa sebatang rotan untuk memukul lawannya di bagian paha ke bawah.

Masyarakat percaya bahwa semakin banyak darah yang keluar, maka akan semakin cepat hujan turun. Pementaan Tari Ujungan dipadukan dengan tarian lengger dan batik gumelan.

4.9/5 - (10 votes)